EKONOMI BERPERIKEMANUSIAAN

OPINI138 Views

Termenung. Kami takjub sekali setelah membaca hasil riset lembaga PKPK (2024) tentang ekonomi pasar bebas. Temuan terpenting dari “tradisi pasar bebas” di keseharian kita yang sudah sangat dalam. Sebuah tradisi yang bukan hanya merusak masa lalu dan mencekik hari ini, tetapi juga membakar masa depan.

Ya. Pasar bebas atau neoliberalisme kini sudah mengganti Nalar dengan nepotisme; Struktur dengan oportunisme; Keahlian dengan koneksi; Keputusan berbasis legislasi dengan transaksional; Formalisasi dengan formalitas; Spesialisasi menjadi kelompok kepentingan.

6 hal subtantif negara pancasila dirubah jadi 6 hal karitatif bentukan pasar bebas. Dan, kalian tahu ujungnya? Adalah legalisasi KKN di semua lembaga, agensi serta program pemerintahan.

Terjadilah 6 hal di hilir ekopol kita. (1)Deindonesianisasi; (2)Denasionalisasi; (3)Demoralisasi; (4)Derasionalisasi; (5)Deinovasi-detekhnologisasi; (6)Deindustrialisasi. Puncaknya adalah “dehumanusasi.”

Ya. Tradisi anti kemanusiaan itu tumbuh subur di era pasar bebas. Konflik dan kerusakan lingkungan yang terus terjadi setiap hari adalah bukti valid soal itu. Tiada hari tanpa konflik antar warga-negara; tiada hari tanpa banjir dan kekeringan serta kelaparan.

Berperikemanusiaan adalah meja statis dari pancasila. Ia harus terus ada. Apalagi di wilayah ekonomi. Sebab, ekonomi berkemanusiaan itu metoda, cita-cita dan tujuan hidup seluruh warga-negara.

Karenanya, ekonomi berperikemanusiaan itu memiliki prinsip sangat penting, seperti: (1)Menghormati hak asasi manusia (HAM) dan martabat setiap manusia dan lingkungannya; (2)Menjaga dan mengembangkan rasa saling menghormati antar sesama dan pada lingkungannya;

(3)Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kasih sayang, dan solidaritas; (4)Berperilaku adil dan tidak diskriminatif terhadap sesama mahluk hidup; (5)Mengutamakan kesejahteraan, keadilan, kebahagiaan dan kesentosaan bersama: bukan diri di atas segalanya;

(6)Mengembangkan sikap toleransi dan menghargai keragaman di manapun dan kapanpun; (7)Menghormati hak-hak orang lain dan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan atau menyakiti mereka; (8)Berusaha untuk memahami dan memenuhi kebutuhan sesama dengan cara kolaborasi serta gotong royong: anti gotong nyolong;

(9)Saling percaya bahwa hidup kita bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk generasi berikutnya. Ini sembilan prinsip mulia. Di mana setiap prinsip itu adalah kesempatan emas untuk bernegara, berlingkungan dan bersemesta jadi generasi pancasilais: mercusuar dunia.

Tentu saja, dengan menerapkan, mengundangkan, merealitaskan prinsip-prinsip tersebut, kita dapat menciptakan negara, dunia dan semesta yang lebih harmonis, damai, adil, sejahtera dan sentosa bagi semua warga-negara.

Tetapi harus terus diingat bahwa itu tidak mudah. Sebab, kita sedang menghadapi perang semesta. Perang melawan untuk menghancurkan sebelas produk dari mazhab Neolib, yaitu:

(1)Stabilitas kemiskinan; (2)Kesenjangan ekonomi; (3)Kerusakan lingkungan; (4)Ketergantungan pada utang; (5)Pajak sangat tinggi;

(6)Devisit APBN berulang; (7)Deindustrialisasi; (8)Marak sekali PHK; (9)Hancurnya daya bayar warga-negara; (10)Legalisasi perampokan, ngutil, nyolong, mencuri, sogok dan menipu; (11)Kesakitan dan penyakit yang meningkat drastis. Semoga kita menang.

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *