Mantan Drummer Band Metal dan Hobi Motor Itu, Kini Calon PM Perempuan Pertama Jepang Sanae Takaichi

News204 Views

AUTENTIKWOMAN.Com– Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang resmi memiliki pemimpin perempuan pertama yang juga berpeluang besar menjadi perdana menteri perempuan pertama dalam sejarah Negeri Sakura.

Dilansir dari Asahi Shimbun, Senin, 6 Oktober 2025, sosok itu merupakan Sanae Takaichi, politisi berusia 64 tahun yang dikenal berhaluan ultra-konservatif dan sering memicu kontroversi karena pandangan politiknya yang keras.

Sebelum terjun ke dunia politik, Sanae Takaichi dikenal memiliki gaya hidup yang tidak biasa. Takaichi merupakan mantan drummer band heavy metal dan hobi mengendarai motor besar ketika masih menjadi mahasiswa. Gaya hidup bebas itu berbanding terbalik dengan pandangan politiknya yang kaku dan konservatif.

Tak heran pandangan politiknya yang kaku dan konservatif, Sanae Takaichi mengidolakan perdana menteri perempuan pertama Inggris Margaret Thatcher yang juga dianggap kontroversial karena kebijakannya mengenai ketegasan dan reformasi ekonomi yang memperlebar jurang sosial pada masa itu.

Takaichi juga menjadi pendukung kuat visi nasionalis mendiang Shinzo Abe. Ia berkomitmen mempertahankan nilai-nilai tradisional Jepang serta menolak kebijakan yang dianggap terlalu liberal, termasuk dalam isu keluarga dan gender.

Dalam pidato usai terpilih sebagai presiden Partai Demokrat Liberal (LDP), Sanae Takaichi menegaskan etos kerja kerasnya dengan meminta seluruh anggota partai untuk berjuang tanpa henti membangun kembali dukungan publik.

“Saya akan menyingkirkan kata work-life balance. Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja,” ujar Takaichi.

Pernyataan itu langsung viral di media sosial, ada yang memberi dukungan atas semangatnya, tetapi juga menuai kritik karena dinilai mengabaikan pentingnya keseimbangan hidup.

Sisi lainnya dari Takaichi, dia mendorong penguatan militer Jepang, seperti promosi fusi nuklir, peningkatan keamanan siber, dan kebijakan yang lebih ketat tentang imigrasi. Takaichi menilai langkah itu penting untuk menjaga stabilitas nasional.

Namun demikian, sebagian pengamat menilai pendekatan Takaichi dapat memperkuat citra Jepang yang tertutup terhadap pendatang asing.

Meski memimpin partai yang dikenal maskulin, Sanae Takaichi justru memegang pandangan tradisional terhadap perempuan. Takaichi menolak pernikahan sesama jenis dan perubahan undang-undang yang memungkinkan pasangan menikah memakai nama keluarga berbeda.

Selain itu, Takaichi mendukung suksesi laki-laki tunggal dalam keluarga kekaisaran Jepang, sebuah kebijakan yang dianggap mundur dari semangat kesetaraan gender.

Sanae Takaichi secara rutin berziarah ke Kuil Yasukuni yang membuat hubungan diplomatik Jepang dengan negara tetangga berpotensi memanas.

Masalah ini muncul karena di antara nama-nama yang dihormati di Kuil Yasukuni terdapat 14 penjahat perang kelas A dari Perang Dunia II, seperti pejabat dan jenderal Jepang yang diadili karena kejahatan perang, seperti invasi ke Tiongkok, Korea, dan Asia Tenggara.

Oleh sebab itu, kunjungan pejabat Jepang ke Yasukuni dianggap ofensif oleh negara-negara yang pernah dijajah Jepang, terutama Tiongkok dan Korea Selatan yang menganggapnya sebagai tanda Jepang belum benar-benar menyesali masa lalunya.

Takaichi bahkan disebut sebagai ‘alumni ideologi perang’ oleh sebagian pengamat karena pandangan revisionisnya terhadap sejarah Jepang.

Menurut laporan Reuters, pemungutan suara di parlemen untuk formalisasi jabatan perdana menteri dijadwalkan menunggu sesi istimewa pada pertengahan Oktober 2025.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *