Gegara Letak Meja, Neni Herlina Dipecat Sepihak Menteri Diktisaintek Satryo Brodjonegoro

"Kami ASN, dibayar oleh negara, bekerja untuk keluarga, bukan babu keluarga"

News13076 Views

AUTENTIKWOMAN.Com-Mengenakan busana serba hitam, para pegawai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) berkumpul membawa spanduk protes bahwa mereka bukan pegawai pribadi Prof. Satryo Brodjonegoro dan istri.

“Kami ASN, dibayar oleh negara, bekerja untuk keluarga, bukan babu keluarga,” demikian bunyi kalimat yang tertera di spanduk yang dibentangkan di Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta, Senin 20 Januari 2025.

“Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo Soemantri Brodjonegoro dan istri!” bunyi spanduk lain yang dibawa para pegawai.

Tak hanya spanduk, mereka juga mengirim karangan bunga sebagai bentuk perlawanan terhadap tindakan sewenang-wenang yang diduga dilakukan Prof. Satryo.

Usut punya usut ternyata aksi demo pegawai Kemendiktisaintek ini bermula dari kisah pilu, dimana salah satu  pegawai aparatur sipil negara (ASN), yakni Neni Herlina yang  mengaku dipecat sepihak oleh prof. Satryo.

Neni merupakan pegawai yang bertugas menangani semua urusan rumah tangga Kemendiktisaintek. Namun, Neni tiba-tiba dipecat oleh Prof. Satryo karena ada kesalahpahaman saat menjalankan tugas.

Neni mengatakan, permasalahan antara dia dan Prof. Satryo bermula dari meja yang harus diletakkan di ruang kerja Prof. Satryo yang ternyata dianggap tidak sesuai oleh istri Prof. Satryo.

“Waktu itu permintaan mengganti meja itu dari istrinya sih. Karena waktu itu ke kantor, habis pelantikan beres-beres, kata sekretaris yang sekarang sudah dipecat itu bilang kayak gitu,” tutur Neni.

“Saya emang enggak tahu apa-apa, cuma besoknya dipanggil gitu aja. Dipanggil langsung dimarahi,” sambungnya.

Usai dipecat secara sepihak oleh Prof. Satryo, Neni merasa takut dan bingung bagaimana dia harus bersikap di kantor apakah harus bekerja ke kantor atau tidak.

“Enggak ada SK-nya juga. Cuman maksudnya sudah keterlaluan aja di depan anak magang, di depan staf-staf saya, gitu. Mempermalukan saya kan,” ujar dia.

Kisah pilu Neni, ditanggapi Ketua Paguyuban Pegawai Kemendikti Saintek Suwitno. Suwitno pun membongkar masalah di Kemendiktisaintek sudah dimulai sejak adanya pergantian pejabat baru setelah Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro diangkat sebagai Mendiktisaintek oleh Presiden Prabowo Subianto.

Suwitno menuturkan, pergantian jabatan tersebut dilakukan dengan cara yang tidak elegan dan tidak adil. “Tapi dengan cara-cara yang tidak elegan, cara-cara tidak fair, cara-cara juga tidak sesuai prosedur,” kata Suwitno.

“Nah, ini juga memang terjadi sebenarnya di pimpinan di ditjen yang lama dan juga ada salah seorang direktur di lingkungan di Ditjen Dikti itu tidak diperlakukan secara adil,” kata dia melanjutkan.

Suwitno menyayangkan pemecatan sepihak Neni oleh Prof. Satryo. Dia mengatakan pemecatan tersebut karena ada kesalahpahaman saat menjalankan tugas.

“Kalau pegawai melakukan kesalahan, itu kan bisa ditindaklanjuti dengan penjatuhan hukuman disiplin.Tapi harus jelas prosedurnya, ini tidak dilakukan sama sekali. Bahkan diusir dan diberhentikan katanya, bahkan diminta angkat kaki,” ujar Suwitno.

Oleh karena itu, Paguyuban Pegawai Kemendiktisaintek bergerak melakukan aksi menggelar demo ini sebagai ajang untuk menunjukkan rasa, serta menunjukkan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa menteri yang telah dilantik bertindak sewenang-wenang.

“Terutama adalah kepada pejabat atau kepada Bapak Presiden yang sebenarnya mengangkat dan menunjuk beliau sebagai menteri. Nah, kalau sudah seperti ini, apakah mau dilanjutkan atau tidak? Seorang pejabat itu yang harusnya memang menjadi contoh, apalagi di pendidikan tinggi,” tandas Suwitno.

Tanggapan Kemendiktisaintek

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemdiktisaintek Togar M Simatupang mengatakan, pihak Kemendiktisaintek mengapresiasi semua bentuk penyampaian aspirasi dari pegawai. Namun  demikian, pihaknya merasa seharusnya ada cara yang lebih baik lagi dalam menyampaikan aspirasi, yakni melalui forum.

“Sebenarnya masih tersedia ruang dialog yang lebih baik dan ini tetap dengan tangan yang terbuka, pemikiran yang terbuka, dan pencapaian resolusi yang terbaik,” kataTogar kepada wartawan, Senin.

Togar menegaskan, pihaknya tidak melakukan pemecatan sepihak dan sebenarnya masih terbuka opsi lain bagi pegawai yang dipecat tersebut.

“Sedang proses dan tentu terbuka untuk opsi lain, bukan hitam putih. Tidak baik terlalu reaktif dan tidak ada dialog,” ujar dia.

Sebagai informasi, Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro dilantik sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) oleh Presiden Prabowo pada Senin 21 Oktober 2024.

Prof. Satryo didampingi dua wakil menteri lainnya yakni Fauzan dan Stella Christie. Pria kelahiran Delft, Belanda, pada 5 Januari 1956 ini merupakan ahli pada bidang teknik mesin.

Suami dari Silvia Ratnawati Brodjonegoro ini merupakan pemegang gelar Ph.D. Teknik Mesin dari University of California, Amerika Serikat.

Sebelum menjabat sebagai menteri, Prof. Satryo merupakan dosen teknik mesin di Institut Teknologi Bandung sejak tahun 1992.

Prof. Satryo sesungguhnya bukan nama asing di lingkungan Kemendiktisaintek, dia pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional pada 1999-2007.

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *