Lebih Bahaya Covid-19: Waspada Virus RSV Rentan Serang Lansia, Kenali Ciri-cirinya

News5636 Views

AUTENTIKWOMAN.Com-Para pakar kesehatan menyoroti tingginya risiko yang dihadapi lansia dengan penyakit penyerta akibat Respiratory Syncytial Virus (RSV), di Indonesia.

Menurut Dokter Spesialis Paru National Hospital Surabaya dr Bambang Susilo Simon, SpP, FCCP, FAPSR, FISR, RSV adalah virus pernapasan yang sangat menular dan sering kali disalahartikan sebagai flu biasa.

“Gejalanya mirip seperti hidung tersumbat, batuk, dan demam. Namun, diagnosis RSV cukup sulit, karena memerlukan tes khusus yang mahal dan tidak mudah diakses,” ujar dr Bambang, Sabtu lalu.

Dia menjelaskan lansia dan penderita penyakit penyerta kerap tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi RSV sehingga berisiko mengalami komplikasi serius.

“Saat ini, belum tersedia pengobatan khusus untuk RSV pada orang dewasa sehingga semakin memperumit penanganannya. Populasi lansia terus meningkat dan diprediksi mencapai 14,6 persen dari total populasi pada 2030,” jelasnya.

Dia menuturkan angka rawat inap dan kematian akibat RSV pada lansia jauh lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak. Lansia dengan kondisi seperti Pneumonia, Gagal Jantung Kongestif (CHF), Asma, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) memiliki risiko komplikasi yang lebih besar.

“Infeksi RSV juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan berat, termasuk henti nafas dan gagal nafas. Bahkan, sekitar 30 persen lansia yang dirawat akibat RSV mengalami komplikasi jantung,” tuturnya.

RSV diketahui menimbulkan dampak lebih parah dibandingkan Covid-19 dan influenza, terutama bagi lansia.

Penyebaran RSV, lanjut dr Bambang, lebih aktif terjadi selama musim hujan, terutama antara September hingga Februari, dengan puncaknya di bulan Oktober dan Desember.

“Virus ini mudah menular dalam rumah tangga, di mana satu orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ke tiga orang lainnya. Lansia yang terinfeksi bahkan dapat menularkan virus lebih lama dibandingkan kelompok usia lainnya,” ucapnya.

Terkaitl tingkat rawat inap, dr Bambang mengatakan pasien RSV berusia 60 tahun ke atas lebih tinggi dengan kebutuhan terapi oksigen, ventilasi mekanik, hingga perawatan di ICU.

“Ada peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus, dengan gejala seperti batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, hingga kesulitan bernapas. Dalam tiga tahun ke depan, kasus RSV di Asia Tenggara bisa mencapai 15,2 juta, dengan 6,1 juta kasus terjadi di Indonesia,” bebernya.

Kata dia, dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, pemerintah perlu memberi perhatian lebih terhadap beban kesehatan dan ekonomi yang ditimbulkan oleh RSV.

“Pencegahan melalui vaksinasi dan edukasi menjadi langkah penting untuk mengurangi dampak infeksi RSV, terutama bagi kelompok yang paling berisiko tinggi,” tukasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *