Maryam Mirzakhani, Ilmuwan Matematika Perempuan Asal Iran yang Meggemparkan Amerika

Inspirasi202 Views

AUTENTIKWOMAN.Com– “Maryam Mirzakhani, seorang pakar matematika berasal dari Iran dan satu-satunya perempuan yang pernah memenangkan Medali Fields, penghargaan tertinggi dalam matematika, berpulang pada Sabtu (yang lalu) di usia 40 tahun!”

Demikian tulis New York Times ketika seorang profesor muda asal Iran di Universitas Stanford di California, berpulang. Ya, berpulang, pada 14 Juli 2017, selepas berjuang melawan kanker yang telah menyebar ke tulang sumsumnya selama empat tahun.

Lebih jauh, media massa Amerika Serikat (AS) tersebut menulis, “Dr. Mirzakhani, yang menjadi profesor matematika di Universitas Stanford pada 2008, diakui karena karyanya di bidang geometri hiperbolik yang diterapkan pada teori bilangan. Pada 2014 dia dianugerahi Medali Fields, sebuah penghargaan yang diberikan setiap empat tahun kepada para matematikawan di bawah usia 40 tahun, karena ia dipandang telah membuat terobosan signifikan.”

Ternyata, tidak hanya New York Times yang memberikan perhatian terhadap kepulangan ilmuwan yang satu itu. Beberapa media massa di AS dan Inggris pun memberikan perhatian yang besar terhadap kepulangan ilmuwan yang satu itu. Mereka menyoroti karya-karyanya yang mengagumkan di bidang matematika dan bagaimana dia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang di berbagai penjuru dunia. Mereka juga menyoroti tantangan yang dia hadapi sebagai seorang perempuan Muslim di dunia matematika yang didominasi para ilmuwan pria dan bagaimana dia telah membuka jalan bagi perempuan lain untuk mengejar karier di bidang matematika.

Maryam Mirzakhani, siapakah ilmuwan yang kepulangan disanjung sederet para ilmuwan kondang di dunia? Antara lain: Peter Scholze, pemenang Medali Fields tahun 2018 dan profesor matematika di Universitas Bonn, Sir Timothy Gowers, pemenang Medali Fields tahun 1998 dan profesor matematika di Universitas Cambridge, Terence Tao, pemenang Medali Fields 2006 dan profesor matematika di Universitas California, Los Angeles dan Edward Witten, seorang fisikawan teoretis yang diakui secara internasional dan profesor di Institute for Advanced Study di Princeton?

Gelar Phd dari Universitas Harvard

Maryam Mirzakhani adalah salah satu matematikawan kondang tingkat dunia yang telah membuat kontribusi penting di bidang geometri hiperbolik dan teori bilangan. Dia lahir pada 17 Mei 1977 di Teheran, Iran. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya, Ahmad Mirzakhani, merupakan insinyur listrik. Sedangkan ibunya, Zahra Haghighi, ibu rumah tangga. Keluarga Maryam keluarga yang terpelajar.

Sejak kecil, Maryam Mirzakhani menunjukkan minat yang kuat di bidang matematika. Dia sangat senang memecahkan teka-teki dan soal matematika. Juga, dia selalu berusaha mencari tahu bagaimana suatu masalah dapat diselesaikan. Ketertarikannya terhadap matematika terus berkembang. Ketika berusia 12 tahun, dia mulai mengikuti pelajaran matematika lanjutan di sebuah sekolah untuk siswa berbakat di Teheran.

Lantas, pada 1994, ketika masih menjadi murid sekolah menengah atas, Maryam Mirzakhani menjadi murid perempuan pertama Iran yang memenangkan medali emas di Olimpiade Matematika Internasional di Hong Kong. Tahun berikutnya, dia melanjutkan prestasinya di olimpiade tersebut dengan memenangkan medali emas kedua pada 1995 di Kanada. Kali ini, ia mencetak skor sempurna: 42 dari 42 dalam tes.

Selepas menyelesaikan pendidikan menengah, Maryam Mirzakhani kemudian menimba ilmu di Sharif University of Technology, sebuah perguruan tinggi yang sangat kompetitif di Teheran dan banyak lulusannya yang berbakat kemudian melanjutkan studi mereka di Eropa dan AS. Di perguruan tinggi tersebut, dia belajar matematika dan meraih gelar sarjana pada 1999. Selepas itu, dia melanjutkan studinya di Universitas Harvard di AS.

Maryam Mirzakhani memilih Universitas Harvard sebagai tempat untuk melanjutkan studinya di Amerika Serikat karena beberapa alasan yang cukup kuat dan berdasarkan pertimbangan yang matang. Antara lain, ketika dia memasuki universitas tersebut pada 1999, universitas yang satu ini telah lama menjadi salah satu universitas terkemuka di dunia, terutama di bidang sains dan matematika. Pada saat itu, Universitas Harvard telah memiliki “catatan” panjang dalam menghasilkan banyak ilmuwan terkemuka dan inovatif. Termasuk beberapa penerima Hadiah Nobel.

Secara khusus, di bidang matematika, Universitas Harvard telah lama diakui sebagai salah satu universitas terbaik di dunia, dengan program matematika yang sangat dihormati dan para staf pengajar yang terkenal sebagai pemimpin di bidang ini. Banyak mahasiswa yang memilih Universitas Harvard karena reputasi dan kualitas program matematikanya. Ketika Maryam Mirzakhani bergabung dengan Universitas Harvard, dia berhadap dapat bergabung dengan komunitas akademik yang sangat kompetitif dan berdedikasi, yang terdiri dari mahasiswa dan profesor yang sangat terampil dan memiliki reputasi yang baik di bidang matematika.

Apalagi, pada saat Maryam Mirzakhani memasuki Universitas Harvard, terdapat beberapa profesor kondang di bidang matematika yang mengajar di universitas tersebut. Antara lain: Shing-Tung Yau, seorang matematikawan kondang yang telah memenangkan Medali Fields, penghargaan paling bergengsi dalam matematika, Barry Mazur, juga seorang profesor yang pada saat itu telah memenangkan banyak penghargaan bergengsi seperti Penghargaan Cole dan Medali Nacional, Richard Taylor, seorang profesor terkemuka di bidang teori bilangan yang telah memenangkan Penghargaan Shaw dan Penghargaan Cole, David Eisenbud, seorang profesor dan pakar di bidang geometri aljabar yang mantan presiden Mathematical Society of America dan telah menerima banyak penghargaan bergengsi selama kariernya dan Curtis T. McMullen seorang matematikawan terkemuka di bidang dinamika kompleks yang telah memenangkan Medali Fields pada 1998, beberapa tahun sebelum Maryam Mirzakhani memasuki Universitas Harvard.

Di sisi lain, ketika Maryam Mirzakhani menimba ilmu di AS, ternyata dia juga mengalami banyak suka duka dalam perjalanan pendidikannya di negara adikuasa tersebut. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah kultur yang berbeda dan bahasa Inggris yang bukan bahasa ibunya. Oleh karena itu, tak aneh jika ketika pertama kali tiba di AS, untuk melanjutkan studinya di Universitas Harvard, dia merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan kultur dan bahasa baru yang ia hadapi.

Namun, Maryam Mirzakhani terus belajar dan berusaha mengatasi masalah tersebut. Dia kemudian memperdalam kemampuan bahasa Inggrisnya, mengikuti kursus bahasa Inggris, dan bergaul dengan para mahasiswa dan profesor AS untuk memahami budaya baru di lingkungan akademik. Selain itu, dia juga pernah mengalami kegagalan dalam beberapa ujian matematika penting selama masa studinya di negara adikuasa itu. Namun, dia tidak menyerah dan terus belajar dari kesalahan yang dia lakukan.

Kegigihan dan ketekunan Maryam Mirzakhani dalam menghadapi tantangan tersebut, akhirnya, membantu dia meraih kesuksesan dalam kariernya. Akhirnya, dia berhasil menemukan lingkungan akademik yang mendukung di Universitas Harvard. Juga, dia dengan cepat mampu bekerja sama dengan beberapa matematikawan terkemuka. Termasuk Curtis McMullen yang kemudian menjadi pembimbing disertasinya.

Disertasi yang diajukan Maryam Mirzakhani di Universitas Harvard berjudul “Simple Geodesics on Hyperbolic Surfaces and Volume of the Moduli Space of Curves”. Ini merupakan disertasi yang mengesankan di bidang matematika. Disertasi tersebut membahas tentang berbagai topik penting di bidang matematika, termasuk teori hiperbolik, teori bilangan, dan teori representasi. Dalam disertasi tersebut, dia menganalisis simpul-simpul pada permukaan hiperbolik dan cara menghitung jumlahnya. Selain itu, ia juga mengeksplorasi cara menghitung volume ruang moduli kurva.

Seperti telah dikemukakan, promotor disertasi Maryam Mirzakhani adalah Profesor Curtis T. McMullen, seorang matematikawan Amerika Serikat yang juga pernah menjadi pemenang Medali Fields pada1998. McMullen adalah seorang ahli di bidang geometri hiperbolik dan dinamika kompleks, dan sangat tertarik pada masalah-masalah dalam teori bilangan dan teori representasi. Sebagai seorang ahli di bidang-bidang tersebut, McMullen sangat menghargai kontribusi Mirzakhani dan menganggap disertasinya sebagai karya yang sangat penting dan inovatif.

Di bawah bimbingan Curtis T. McMullen, Maryam Mirzakhani berhasil menyelesaikan disertasinya dengan cemerlang dan berhasil meraih gelar PhD dari Universitas Harvard. Disertasi Maryam Mirzakhani tersebut diterima dengan sangat baik oleh komunitas matematika dan memenangkan beberapa penghargaan bergengsi. Termasuk Penghargaan Salem tahun 2009 dan Penghargaan Clay Research tahun 2014.

Menerima Fields Medal

Selepas meraih gelar PhD dari Universitas Harvard pada 2004, Maryam Mirzakhani kemudian bergabung dengan Universitas Princeton sebagai asisten profesor matematika. Ketika itu, Universitas Princeton merupakan salah satu universitas yang terkemuka di dunia. Terutama di bidang matematika dan sains.

Pada saat Maryam Mirzakhani bergabung sebagai asisten profesor matematika pada 2004, Universitas Princeton memiliki reputasi yang sangat baik sebagai pusat keunggulan akademik. Selama bertugas sebagai asisten profesor di Universitas Princeton, dia memiliki kesempatan bekerja dengan beberapa matematikawan kondang di dunia, di samping mengajar dan membimbing mahasiswa S-3 yang sangat berbakat. Selain itu, dia juga memiliki akses ke sumber daya akademik yang melimpah. Termasuk perpustakaan dan pusat riset.

Sebagai universitas yang memiliki standard akademik yang tinggi, Universitas Princeton memberikan dukungan yang kuat bagi staf pengajar dan mahasiswa dalam melakukan riset dan aktivitas akademik lainnya. Ini memberi Maryam Mirzakhani lingkungan yang mendukung untuk terus berkembang dalam kariernya, dan melakukan riset yang signifikan. Selama waktu ini, dia terus melakukan riset dan menyajikan karya-karyanya di berbagai seminar dan konferensi matematika di berbagai penjuru dunia.

Empat tahun selepas bergabung dengan Universitas Princeton, tepatnya pada 2008, Maryam Mirzakhani menerima penghargaan prestisius dari American Mathematical Society (AMS): Ruth Lyttle Satter Prize in Mathematics. Penghargaan ini diberikan kepada perempuan muda yang menunjukkan kecakapan luar biasa dalam matematika itu. Di samping itu, dia juga menjadi pembimbing sejumlah mahasiswa S3 di Universitas Princeton, dan banyak dari mereka yang menghargai keahliannya dalam menjelaskan konsep matematika yang kompleks dengan cara yang mudah dimengerti.

Selain itu, Maryam Mirzakhani juga terlibat dalam kegiatan sosial dan komunitas. Termasuk menjadi sukarelawan proyek-proyek masyarakat yang berfokus pada pendidikan anak-anak. Meski Mirzakhani hanya menghabiskan waktu beberapa tahun di Universitas Princeton, dia membangun jejak yang kuat dalam komunitas matematika selama masa jabatannya sebagai asisten profesor di sana.

Namun, meski kondisi di Universitas Princeton sangat ideal bagi Maryam Mirzakhani, dia kemudian memilih pindah ke Universitas Stanford pada 2008. Alasan pasti mengapa ia memilih meninggalkan Universitas Princeton tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, kemungkinan faktor-faktor seperti keperluan akan lingkungan akademik yang lebih mendukung dan peluang yang lebih besar untuk berkembang dalam kariernya di Universitas Stanford menjadi pertimbangan penting.

Selain menjadi seorang profesor dan peneliti, Maryam Mirzakhani juga terlibat dalam berbagai proyek riset dan pendidikan di Iran dan seluruh dunia. Dia memimpin proyek riset tentang geometri hiperbolik dan dinamika kompleks di Iran, dan juga menjadi anggota dewan redaksi beberapa jurnal matematika terkemuka. Selain itu, dia juga aktif dalam program pendidikan matematika untuk siswa dan mahasiswa di seluruh dunia. Termasuk program-progam yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi kaum perempuan di bidang matematika.

Di sisi lain, Maryam Mirzakhani juga memenangkan berbagai penghargaan dan beasiswa selama hidupnya. Termasuk Beasiswa Sains dan Teknologi Internasional L’Oréal-UNESCO untuk Perempuan, pada 2013, dan Medali Fields pada 2014 yang diberikan kepada matematikawan berumur di bawah 40 tahun yang diakui memiliki kontribusi luar biasa di bidang matematika. Sejak itu, dia dikenal sebagai salah satu matematikawan terkemuka di dunia dan diundang untuk memberikan kuliah dan seminar di berbagai universitas dan konferensi di seluruh dunia.

Lantas, pada tahun 2014, Prof. Dr. Maryam Mirzakhani dianugerahi Fields Medal. Fields Medal dianugerahkan oleh International Mathematical Union (IMU), sebuah organisasi global yang terdiri dari para matematikawan dan institusi matematika dari berbagai negara. Dengan penghargaan yang diserahkan pada ICM (International Congress of Mathematicians), Seoul, Korea Selatan tersebut, dia menjadi ilmuwan perempuan pertama yang menerima penghargaan tertinggi di bidang matematika.

Penghargaan diberikan atas kontribusi revolusionernya dalam bidang: geometri dan sistem dinamis: karyanya tentang permukaan Riemann dan ruang moduli (moduli spaces) memberikan pemahaman mendalam tentang struktur geometris yang kompleks; dinamika geodesik: menemukan hubungan antara dinamika geodesik pada permukaan hiperbolik dengan masalah geometri aljabar, membuka perspektif baru; dan teori ergodic: dia membuktikan teorema tentang perilaku acak (randomness) dalam sistem dinamis, yang berdampak pada fisika teoretis dan teori chaos.

Ketika menerima penghargaan ilmiah bergengsi tersebut, dalam sebuah dalam wawancara, dia berkata, “Ini adalah kehormatan besar. Saya berharap, penghargaan ini dapat memotivasi lebih banyak ilmuwan perempuan, terutama di bidang matematika. Saya berutang banyak pada para guru, mentor, dan kolaborator saya yang telah membimbing saya. Matematika adalah bidang yang indah dan kreatif. Kiranya, lebih banyak orang dapat merasakan kegembiraannya.”

Enam Pesan Maryam Mirzakhani

Ternyata, tidak mudah bagi Maryam Mirzakhani untuk mencapai keberhasilannya sebagai matematikawan. Sebagai seorang perempuan, dia harus menghadapi diskriminasi gender dan stereotipe di bidang matematika. Pada awal kariernya sebagai mahasiswa, dia kerap mengalami rasa tidak nyaman di kelas, karena dia menjadi satu-satunya perempuan dalam kelas. Diskriminasi ini tidak hanya datang dari teman sekelas, tetapi juga dari para profesor.

Namun, Maryam Mirzakhani tidak menyerah dalam menghadapi tantangan tersebut. Dia terus bekerja keras dan fokus pada tujuan akademiknya. Ia juga memanfaatkan keberadaan mentor dan orang-orang yang mendukungnya dalam menghadapi tantangan tersebut. Salah satu mentor penting baginya adalah Curtis T. McMullen, seorang profesor di Universitas Harvard, yang menjadi pembimbing disertasinya.

Di samping tantangan gender, Maryam Mirzakhani juga menghadapi masalah kesehatan. Pada 2013, dia didiagnosis menderita kanker payudara. Meski harus menjalani perawatan medis intensif, dia terus melanjutkan risetnya dan berhasil meraih Penghargaan Fields pada tahun berikutnya: penghargaan tertinggi dalam matematika, untuk karyanya di bidang geometri hiperbolik dan dinamika grup.

Sehingga, dia menjadi satu-satunya ilmuwan perempuan Muslim yang pernah menerima penghargaan tersebut. Meski kariernya gemilang di bidang matematika, namun ia tetap dikenal sebagai seorang ilmuwan yang rendah hati, ramah dan penuh semangat. Ia banyak membantu sesama matematikawan dan terkenal dekat dengan mahasiswa dan rekan-rekannya di Universitas Stanford.

Maryam Mirzakhani berpulang pada tanggal 14 Juli 2017, karena komplikasi dari kanker payudara yang dia derita. Selama sakit, dia merahasiakan kondisinya dari publik dan hanya berbagi informasi tentang kondisinya dengan teman-teman dan keluarga terdekat. Keluarganya menyatakan, dia dirawat di Stanford Hospital sebelum berpulang. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Fernwood di Berkeley, California, Amerika Serikat. Pemakaman Fernwood terletak di daerah yang dekat dengan kampus Universitas California, Berkeley, tempat dia meraih gelar PhD pada 2004.

Maryam Mirzakhani meninggalkan suaminya, Jan Vondrák, ilmuwan komputer teori dan matematikawan terapan Ceko yang menjabat sebagai dosen pembantu di Universitas Stanford, serta seorang putri bernama Anahita.

Keberhasilan ilmuwan yang brilian ini sendiri telah menginspirasi banyak perempuan dan minoritas lainnya di bidang matematika dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) lainnya, untuk mengejar impian mereka dan mengatasi segala hambatan yang mungkin menghadang. Dia membuktikan, tidak ada yang mustahil jika kita memiliki semangat dan tekad yang kuat serta dukungan dari orang-orang yang kita cintai dan yang mendukung impian kita. Dalam perjalanan hidupnya, Maryam Mirzakhani telah membuktikan bahwa perempuan mampu mencapai keberhasilan dan memberikan kontribusi penting di bidang matematika.

Ternyata, seperti dikemukakan di muka, salah satu faktor yang membantu Maryam Mirzakhani dalam mengatasi tantangan dan hambatan adalah dukungan dari keluarga dan guru-gurunya. Keluarganya sangat mendukung keputusannya untuk mengejar karier di bidang matematika. Malah, hingga pun ketika dia masih berada di Iran, ketika pendidikan untuk kaum perempuan tidak sebebas untuk kaum laki-laki.

Selain itu, guru-guru Maryam Mirzakhani di Iran dan di luar negeri juga memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk membantunya meraih keberhasilan. Selain dukungan dari keluarga dan guru-gurunya, dia juga memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang dia hadapi. Meski pernah mengalami kegagalan, dia tidak menyerah dan terus berusaha untuk mencapai tujuannya.

Walhasil, Maryam Mirzakhani berhasil mengatasi berbagai tantangan dan hambatan yang dia hadapi dengan dukungan dari keluarga dan guru-gurunya serta dengan tekad dan semangat yang kuat. Keberhasilannya di bidang matematika memberikan inspirasi bagi banyak orang, terutama kaum perempuan dan minoritas lainnya, untuk mengejar karier di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa dan matematika, dan mengejar impian mereka.

Maryam Mirzakhani, sepanjang kariernya di bidang matematika, sangat memperhatikan perkembangan para ilmuwan muda dan berusaha memberikan motivasi serta inspirasi kepada mereka untuk terus berjuang dalam mengejar ilmu pengetahuan. Dia juga mendorong para ilmuwan muda untuk tidak takut mencoba hal-hal baru, berani berpikir di luar kotak dan tidak terlalu fokus pada masalah sulit, tapi menemukan keindahan dan keunikan dalam masalah tersebut. Dia, antara lain, berpesan:

Pertama, “Jangan takut gagal, karena kegagalan merupakan bagian dari proses belajar. Jangan biarkan kegagalan menghentikanmu dari mencoba lagi.”

Kedua, “Jangan takut untuk berpikir di luar kotak, jangan takut untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan jangan takut mempertanyakan apa yang sudah diketahui.”

Ketiga, “Jangan terlalu fokus pada pemecahan masalah yang sulit. Namun, cobalah untuk menemukan keindahan dan keunikan dalam masalah tersebut.”

Keempat, “Jangan menganggap matematika sebagai bidang yang sulit dan membosankan. Matematika dapat menjadi sangat menyenangkan, dan menarik jika dilihat dari sudut pandang yang tepat.”

Kelima, “Belajarlah dari rekan-rekan sejawat dan jangan takut meminta bantuan dari mereka. Kita semua belajar dari satu sama lain.”

Keenam, “Ingatlah, penemuan besar di bidang matematika kerap merupakan hasil dari kerja keras dan dedikasi yang berkelanjutan. Jangan menyerah pada tantangan yang sulit, dan teruslah berjuang untuk mencapai tujuan.”

sumber : https://youtu.be/tprlQMClSYQ?si=M2T5URETSsqGxxTZ

Perjalanan hidup dan teladan yang menarik seorang ilmuwan perempuan brilian! Ini seperti dikemukakan Freeman Dyson, seorang fisikawan dan matematikawan AS, ketika Maryam Mirzakhani berpulang, “Maryam Mirzakhani adalah salah satu dari sedikit matematikawan yang menunjukkan bahwa matematika merupakan seni yang indah dan misterius. Dia meninggalkan warisan yang luar biasa di dunia matematika.”

Juga, seperti dikemukakan Frank Wilczek, seorang fisikawan AS dan penerima Hadiah Nobel, “Maryam Mirzakhani adalah seorang matematikawan sangat brilian yang meninggalkan jejak besar di dunia matematika. Kita semua akan merindukan kehadirannya kembali!”

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *