László Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025, Penulis yang Membawa Keindahan dan Harapan

“Karya sastra menawarkan secercah harapan bahwa keindahan masih akan terus ada dan memberi harapan, bahkan bagi mereka yang hidupnya hanya tersisa sedikit cahaya."

Inspirasi217 Views

AUTENTIKWOMAN.Com– Akademi Swedia resmi menganugerahkan Nobel Sastra 2025 kepada László Krasznahorkai, penulis legendaris asal Hungaria. Penulis novel Satantango ini dianggap sebagai sosok penting yang menegaskan kekuatan seni di tengah ketakutan masa kelam apokaliptik, atau masa setelah bumi hancur.

Krasznahorkai dikenal sebagai penulis sembilan novel, sejumlah kumpulan cerita pendek dan esai, serta beberapa skenario film. Ia ikut menulis adaptasi film epik berdurasi tujuh jam dari novel debutnya Satantango (1985). Namanya kini menjadi salah satu yang paling khas dan mudah dikenali di dunia sastra kontemporer.

“Karya sastra menawarkan secercah harapan bahwa keindahan masih akan terus ada dan memberi harapan, bahkan bagi mereka yang hidupnya hanya tersisa sedikit cahaya,” tutur penulis ini.

Dikenal lewat novel-novelnya yang bernuansa distopia dan melankolis, karya Krasznahorkai telah memenangkan berbagai penghargaan, termasuk National Book Award 2019 untuk kategori sastra terjemahan dan International Booker Prize 2015. Beberapa karyanya, termasuk Satantango dan The Melancholy of Resistance (1989), juga diadaptasi menjadi film layar lebar.

Adaptasi Satantango ke layar lebar dilakukan pada tahun 1994. Film drama hitam putih garapan sutradara Hungaria Béla Tarr ini terkenal karena durasinya yang mencapai tujuh jam, seperti dilaporkan BBC.

Buku-buku lain karya Krasznahorkai antara lain War and War (1999), dan Seiobo There Below (2008).

Buku yang ditulis oleh penulis Hungaria Laszlo Krasznahorkai, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2025, dipajang di toko buku Waterstones di London, Inggris. (Foto: REUTERS/Toby Melville)

Buku yang ditulis oleh penulis Hungaria Laszlo Krasznahorkai, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2025, dipajang di toko buku Waterstones di London, Inggris. (Foto: REUTERS/Toby Melville)

“Aku sangat bersyukur menerima Nobel Sastra – terutama karena penghargaan ini membuktikan bahwa sastra tetap hidup dengan sendirinya, di luar ekspektasi non-sastra, dan bahwa ia masih dibaca,” ujar Krasznahorkai seperti dikutip The Guardian.

“Dan bagi mereka yang membacanya, karya sastra menawarkan secercah harapan bahwa keindahan masih akan terus ada dan memberi harapan, bahkan bagi mereka yang hidupnya hanya tersisa sedikit cahaya,”ungkapnya.

Lahir di Gyula, Hungaria, pada 1954, Krasznahorkai pertama kali menarik perhatian dunia lewat novel debutnya Satantango (1985), sebuah potret memukau tentang kehancuran komunitas pedesaan.

Sering disebut sebagai penulis postmodern, Krasznahorkai dikenal karena kalimat-kalimatnya yang panjang dan berliku (12 bab dalam Satantango masing-masing terdiri dari satu paragraf utuh), serta intensitas yang tanpa henti, membuat para kritikus membandingkannya dengan Gogol, Melville, dan Kafka.

“Krasznahorkai adalah penulis epik besar dalam tradisi Eropa Tengah yang melanjutkan jejak Kafka hingga Thomas Bernhard, dengan ciri khas absurdisme dan kelebihan grotesque,” ujar Anders Olsson, Ketua Komite Nobel.

Penulis dan akademisi Susan Sontag pernah menyebutnya sebagai “master kontemporer dari kisah-kisah apokaliptik.”

Buku yang ditulis oleh penulis Hungaria Laszlo Krasznahorkai, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2025, dipajang di toko buku Waterstones di London, Inggris. (Foto: REUTERS/Toby Melville)

Karier sastra Krasznahorkai tak hanya dibentuk oleh bahasa, tapi juga perjalanan. Ia pertama kali meninggalkan Hungaria yang masih berada di bawah rezim komunis pada 1987 untuk menjalani program beasiswa di Berlin Barat.

Pengalaman dan perjalanannya kemudian banyak terinspirasi oleh Asia Timur – terutama Mongolia dan Tiongkok – yang melahirkan karya seperti The Prisoner of Urga dan Destruction and Sorrow Beneath the Heavens.

Dalam wawancara dengan The Guardian pada 2015, ketika ditanya tentang pembaca yang baru mengenal karyanya, Krasznahorkai menjawab:

“Jika ada pembaca yang belum pernah membaca bukuku, aku tidak bisa merekomendasikan karya tertentu. Sebaliknya, aku akan menyarankan mereka untuk keluar, duduk di suatu tempat – mungkin di tepi sungai kecil – tanpa melakukan apa pun, tanpa memikirkan apa pun, hanya diam seperti batu. Suatu saat, mereka akan bertemu seseorang yang sudah membaca bukuku.”

Penghargaan Nobel Sastra telah diberikan sebanyak 117 kali sejak 1901. Beberapa penerima sebelumnya termasuk Annie Ernaux, Bob Dylan, Abdulrazak Gurnah, Louise Glück, Peter Handke, dan Olga Tokarczuk.

Krasznahorkai akan secara resmi menerima medali dan diploma Nobel dalam upacara di Stockholm pada bulan Desember 2025.

Sumber: cna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed