1000 Hari Invansi Rusia, Jutaan Perempuan Ukraina Mengkhawatirkan

News6707 Views

JAKARTA, AUTENTIKWOMAN.COM-Ketika invasi skala penuh Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-1.000 hari ini, warga sipil, perempuan, dan anak perempuan di Ukraina mengalami serangan intensif yang mematikan di kota-kota besar, di tengah meningkatnya keadaan darurat kemanusiaan dan krisis energi yang ditakuti.

Perang terus memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi warga sipil dan keluarga, sangat mengganggu kehidupan, mata pencaharian, dan komunitas mereka, dan membuat banyak orang yang sangat membutuhkan perlindungan dan bantuan kemanusiaan. Selama dua bulan terakhir, puluhan ribu perempuan dan anak perempuan terpaksa melarikan diri dari daerah garis depan.

Mereka merupakan mayoritas dari 4,6 juta pengungsi internal di Ukraina dan mereka yang mencari perlindungan di luar negeri. Dari 14,6 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan pada tahun 2024, 8 juta adalah perempuan dan anak perempuan.

Yang mengkhawatirkan, diperkirakan 2,5 juta orang terutama perempuan dan anak perempuan-sangat membutuhkan dukungan untuk kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan seksual. Namun, banyak kasus yang tidak dilaporkan karena stigma yang meluas dan terbatasnya akses ke layanan kesehatan dan layanan dukungan penting, yang dengan sendirinya sedang dihancurkan.

Perempuan Ukraina telah memimpin respons melalui upaya sukarela mereka, organisasi hak-hak perempuan, dan di pemerintahan, sambil menghadapi risiko pribadi yang parah.

“Perempuan di Ukraina memimpin respons kemanusiaan dan merencanakan pemulihan. Tetapi jumlah mereka dalam posisi pengambilan keputusan di pemerintahan tetap di bawah rata-rata global, dan satu dari setiap dua wanita tidak bekerja,” kata Sabine Freizer Gunes, Perwakilan UN Women di Ukraina.

“Bahkan ketika serangan Rusia memburuk, ada peluang untuk mendukung pemberdayaan perempuan dalam kehidupan politik dan ekonomi. Memberdayakan perempuan tidak hanya memperkuat respons Ukraina hari ini, tetapi juga membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif dan tangguh,” sambungnya.

Dampak Perang Rusia-Ukraina. Foto: Ist

Dalam krisis saat ini dan pemulihan yang baru lahir, inisiatif yang dipimpin perempuan dan organisasi hak-hak perempuan memainkan peran penting, tetapi menghadapi kekurangan dana sistemik. Organisasi masyarakat sipil yang dipimpin perempuan Ukraina termasuk yang pertama menanggapi krisis kemanusiaan 1.000 hari yang lalu.

Menurut angka OECD DAC, kurang dari satu persen dana untuk pemulihan di Ukraina telah dialokasikan untuk upaya memajukan kesetaraan gender sebagai tujuan utama. Enam belas negara anggota, Uni Eropa, Bank Dunia, beberapa IFI lainnya, LSM, dan perusahaan sektor swasta telah berkomitmen untuk mengatasi kekurangan pendanaan ini melalui Aliansi untuk Pemulihan Responsif dan Inklusif yang diluncurkan pada bulan Juni oleh Pemerintah Ukraina dan Jerman dan difasilitasi oleh UN Women.

Seperti diwartakan oleh laman United Nations News, anak perempuan usia sekolah di Ukraina beresiko tinggi untuk dipaksa berhenti sekolah dan menikah sebagai cara menanggulangi keputusasaan keluarga atas kondisi ekonomi yang kian terpuruk. Dengan adanya pernikahan, diharapkan suatu keluarga dapat mencukupi kebutuhan hidupnya berbagi dengan keluarga pasangan.

Meski perempuan menempuh jalan pernikahan untuk memenuhi kebutuhan, nyatanya masih banyak juga perempuan yang terpaksa mengurangi drastis porsi makan mereka agar anggota keluarga lain mendapat bagian. Hal ini semakin intens menyongsong kenaikan harga pangan dan kelangkaan yang memburuk di Ukraina.

Dampak Perang Rusia-Ukraina. Foto: Ist

Harga energi yang kian melambung menyebabkan perempuan di Ukraina harus terus menggunakan bahan bakar fosil berteknologi rendah. Akibatnya, kualitas udara yang dihasilkan dari kegiatan domestik mengandung polusi berbahaya, yakni polusi yang sama yang telah membunuh 3,2 juta orang di dunia meninggal setiap tahunnya.

UN Women menuliskan sebuah laporan bahwa setidaknya ada 265 ribu perempuan Ukraina sedang mengandung ketika Rusia pertama menyerang. Dengan kondisi rapuh, para ibu hamil harus bertahan di tengah berbagai tekanan, baik secara fisik maupun mental. Ada yang harus melahirkan prematur dikarenakan stres menghadapi situasi berbahaya di sekitarnya, ada pula yang harus mengungsikan bayi yang baru berusia 7 hari karena situasi di rumah sakit tidak memungkinkan untuk bertahan akibat serangan misil bertubi-tubi.

Dampak lain perang yang seringkali luput dari sorotan media adalah hubungan antara krisis dengan peningkatan angka pelecehan seksual. Kelangkaan bahan pangan dan energi dibarengi dengan jatuhnya perekonomian masyarakat membuat orang-orang Ukraina kekurangan sumber daya untuk dipertukarkan dengan material untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Meski bersifat transaksional, UN Women melaporkan bahwa hal ini tetap tak lepas dari relasi kuasa yang timpang dan penindasan berbasis gender. Baik pria maupun perempuan juga berpotensi terpaksa atau dipaksa terlibat dalam perdagangan manusia. Namun, grup yang paling rentan mengalami kejahatan berbasis gender ini adalah perempuan dan anak-anak, terutama anak gadis.

Dampak Perang Rusia-Ukraina. Foto: Ist

Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, menyerukan kepada seluruh aktivis internasional maupun lokal Ukraina untuk membantu menangkal isu sistematis berbasis gender dengan solusi-solusi sistematis berbasis gender pula. Salah satunya dengan memberikan edukasi di tengah krisis kepada orang-orang yang berpotensi menjadi korban. Hal ini diupayakan karena dalam bertahan hidup di kondisi perang, jangan sampai kemanusiaan dan moralitas turut terseret semakin jauh dari kesetaraan.

Lebih lanjut, laporan UN Women menuliskan bahwa selama perang masih berlanjut, perempuan akan menjadi pihak yang paling banyak dieksploitasi dan paling banyak merugi secara fisik, material maupun psikis. Tidak ada yang tahu kapan perang akan berakhir, sebagaimana tidak ada yang tahu sampai di mana penderitaan perempuan Ukraina mencapai puncaknya.

(AP Photo/Libkos)

Organisasi masyarakat sipil yang dipimpin perempuan Ukraina termasuk yang pertama menanggapi krisis kemanusiaan 1.000 hari yang lalu. Bekerja dengan 54 organisasi melalui Women’s Peace and Humanitarian Fund, UN Women dan mitranya telah menjangkau lebih dari 100.000 perempuan dan anak perempuan, memenuhi kebutuhan lokal melalui berbagai program di komunitas yang terkena dampak perang. UN Women juga secara aktif mendukung pemerintah dan masyarakat sipil untuk lebih memajukan undang-undang dan kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan.

UN Women menyerukan diakhirinya perang di Ukraina dan serangan terhadap warga sipil; dan untuk dukungan terhadap perlindungan perempuan dan anak perempuan, untuk kepemimpinan perempuan, dan kebutuhan mendesak akan perdamaian sebagai dasar untuk memastikan keselamatan, martabat, dan hak-hak semua individu yang terkena dampak, terutama perempuan dan anak perempuan. Lebih lanjut mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan pendanaan untuk respons kemanusiaan, termasuk kepada organisasi hak-hak perempuan, mengakui peran mereka yang sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan perempuan dan anak perempuan dalam krisis kemanusiaan ini.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *