JAKARTA, AUTENTIKWOMAN.Com-Presiden Volodymyr Zelensky ingin perang antara Ukraina dengan Rusia berakhir melalui jalur diplomasi pada tahun 2025.
Keinginan tersebut sampaikan dalam wawancara radio Ukraina yang disiarkan pada Sabtu, 16 November 2024. Mengutip Reuters, Zelenskiy mengakui keinginan itu muncul usai dirinya merasa bahwa situasi medan perang di Ukraina timur sulit dan Rusia membuat kemajuan.
Hal itu dia sampaikan untuk menimpali pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang tidak tertarik untuk menyetujui perjanjian damai.
“Dari pihak kami, kami harus melakukan segalanya agar perang ini berakhir tahun depan, melalui cara-cara diplomatik,” kata Zelensky.
Sehari setelah mengatakan bahwa Zelensky berharap konflik tersebut akan berakhir lebih cepat daripada yang seharusnya, setelah Donald Trump kembali menjadi Presiden Amerika Serikat.
Pada Februari 2025 akan genap menandai tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina. Pasukan Rusia yang dibantu Korea Utara semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir melawan tentara Ukraina yang kalah jumlah dan persenjataan.
Terpilihnya Trump dalam pemilihan Presiden AS memunculkan pertanyaan tentang masa depan konflik Ukraina dan Rusia. Trump sebelumnya sempat mengkritik besarnya bantuan militer AS untuk Ukraina.

Korea Utara, sekutu utama Rusia, telah mengirim ribuan tentaranya untuk membantu Moskow mengusir serangan Ukraina yang sedang berlangsung di wilayah perbatasan Rusia, Kursk.
Dia juga berbicara sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon pertamanya dengan seorang pemimpin Barat selama hampir dua tahun. Putin berbicara dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz meskipun ada keberatan dari Ukraina.
Putin mengatakan dia hanya akan menerima pembicaraan dengan Ukraina jika Kyiv menyerahkan wilayah Ukraina yang diduduki Moskow.
Sejak akhir pekan lalu serangan Rusia semakin menggila. Negara Beruang Merah itu, menembakkan serangan gila-gilaan ke dalam wilayah Ukraina. 100 lebih rudal dan 100 lebih drone ditembak ke negeri Presiden Vladimyr Zelensky, disusul ‘hujan’ roket terbaru di Selasa kemarin.
Sebelumnya, Rusia juga memberikan ancaman terbaru menunjuk kemungkinan perang dunia ketiga (PD 3). Izin Barat ke Ukraina untuk memakai senjatanya menyerang ke dalam Rusia bisa menyebabkan PD 3 terjadi dan meluas, tak hanya di daratan Eropa.
“Kami kini menegaskan sekali lagi bahwa bermain api, seperti anak kecil yang bermain korek api, adalah hal yang sangat berbahaya bagi ‘paman dan bibi dewasa’ yang dipercayakan dengan senjata nuklir,” ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov,” dikutip Reuters belum lama ini.
“Orang Amerika dengan tegas mengaitkan pembicaraan tentang PD 3 sebagai sesuatu yang, jika itu terjadi, akan memengaruhi Eropa secara eksklusif,” tambah pria yang sudah dipercaya Putin menjabat sebagai Menteri Luar Negeri 20 tahun itu.
Lavrov memperjelas doktrin nuklir negaranya. Perlu diketahui doktrin nuklir Rusia dibuat tahun 2020 dan menetapkan kapan presidennya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir.
Secara umum doktrin ini merupakan respons terhadap serangan yang menggunakan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya ke Rusia. Tapi bisa juga ini pun menjadi respons penggunaan senjata konvensional oleh musuh yang membuat keberadaan negara Rusia terancam.

Sebagai infomasi, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkap lebih dari 11.700 warga sipil tewas sejak dimulainya perang Ukraina pada Februari 2022 dan mendesak para pemimpin yang mempersiapkan sesi Majelis Umum ke-79 untuk memanfaatkan semua peluang untuk mengakhiri konflik.
“Penderitaan manusia terus berlanjut pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi,” kata Penjabat Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan Joyce Msuya pada sidang Dewan Keamanan PBB.
Dikutip dari AFP, pada pertengahan Januari bahwa pihaknya telah mengonfirmasi kematian 10.382 warga sipil di Ukraina. Serta ada 19.659 orang lainnya terluka sejak invasi Rusia, namun jumlah sebenarnya diperkirakan bisa lebih tinggi.
Menurut Ukraina, pada Agustus 2022, 9.000 tentara Ukraina telah terbunuh. Semua perkiraan sejak itu berasal dari badan intelijen asing. Sedang pada Agustus 2023, New York Times mengutip para pejabat AS yang menyebutkan kerugian militer Ukraina sebanyak 70.000 orang tewas dan antara 100.000 hingga 120.000 orang terluka.
Laporan tersebut dikutip dan diperkirakan 120.000 orang tewas serta antara 170.000 hingga 180.000 orang terluka di pihak Rusia. Pada 29 Januari, dalam tanggapan tertulis terhadap pertanyaan parlemen, Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey menyebutkan kerugian Rusia lebih dari 350.000 orang tewas dan terluka.
Rusia melancarkan operasi militer ke Ukraina, yang disebut sebagai “Operasi Khusus Militer” oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Invasi ini menyebabkan banyak orang Ukraina meninggalkan negaranya, dan memicu krisis pengungsi di Eropa.

Perang Rusia-Ukraina telah berdampak besar pada dunia, di antaranya: resesi ekonomi di Rusia, dunia barat, dan sebagian besar negara lain di dunia, jutaan orang di Afrika menderita kelaparan, inflasi global mencapai 10 persen, yang merupakan tingkat tertinggi sejak 1980-an, dan dunia terbelah, dengan sebagian besar negara mengecam serangan Rusia
Sebanyak 445.186 perusahaan mengajukan bangkrut di Amerika Serikat sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya.