AUTENTIKWOMAN.COM– Sanksi baru Presiden AS Donald Trump terhadap dua raksasa minyak Rusia telah mengguncang pasar global, tetapi akankah negara lain mengikuti?
Pekan lalu, Washington meningkatkan tekanan terhadap Rusia dengan menjatuhkan sanksi kepada dua perusahaan minyak besar Rusia, Rosneft dan Lukoil. Misi Trump untuk menekan Rusia kini bermuara pada pertanyaan sederhana namun krusial: Mampukah presiden AS meyakinkan dunia untuk berhenti membeli bahan bakar fosil Rusia?
Menurut laporan IRNA, sanksi AS berdampak lebih besar dalam 24 jam dibandingkan sanksi Uni Eropa dalam enam bulan terakhir. Trump bersedia mengatakan hal-hal yang enggan dikatakan orang lain. Sanksi ini bisa sangat menentukan.
Sanksi itu akan memutus akses perusahaan yang membeli minyak Rusia ke sistem keuangan berdenominasi dolar, sebuah langkah yang akan paling memukul Cina dan India, dua negara yang telah menjadi pembeli energi terbesar Rusia sejak perang Ukraina.
Pada jam-jam pertama sanksi, harga minyak dunia naik sekitar 6 persen, dan terdapat laporan penghentian mendadak pengiriman minyak Rusia ke kilang-kilang minyak utama India dan perusahaan-perusahaan milik negara Cina.
Luke Wickenden, seorang analis di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), menggambarkan potensi penurunan impor dari Asia sebagai hal yang menghancurkan bagi pendapatan ekspor Kremlin.
Dia menjelaskan bahwa jika Rusia kehilangan akses ke pasar Cina dan India, Rusia akan kehilangan sekitar $7,4 miliar pendapatan ekspor dan $3,6 miliar pajak per bulan.
Menanggapi tekanan Washington, Beijing menuduh pemerintahan Trump melakukan intimidasi sepihak dan tekanan ekonomi serta memperingatkan bahwa mereka akan mengambil tindakan balasan yang tegas jika kepentingan nasionalnya dirugikan.
Di India, Trump mengklaim bahwa Narendra Modi telah meyakinkannya bahwa India tidak akan membeli banyak minyak dari Rusia dan ingin mengakhiri perang, tetapi pemerintah India tidak mengonfirmasi hal ini.
Bagi Trump, sanksi-sanksi ini bukan hanya kesempatan untuk menekan Moskow, tetapi juga alat untuk memperluas pengaruh ekonomi Amerika di pasar energi Eropa.
Setelah memutus jaringan pipa Rusia, Amerika Serikat kini menjadi eksportir gas alam cair (LNG) terbesar ke Eropa, memasok 55 persen impor LNG Eropa tahun lalu, naik dari hampir nol pada tahun 2019.
Meskipun Uni Eropa telah memutuskan untuk sepenuhnya menghentikan impor gas Rusia pada awal 2027, para ahli mengatakan bahwa sebagian besar pendapatan Rusia masih berasal dari pembelian LNG oleh negara-negara Eropa.
Dengan memberlakukan sanksi ini, Trump sebenarnya mengejar dua tujuan sekaligus: melemahkan keuangan Rusia dan meningkatkan ekspor energi Amerika.






