Presiden Prabowo ingin ekonomi kita kuat dan mendunia. Tentu agar rakyat makmur dan berwibawa. Bagaimana caranya? Praktekkan ekonomi pancasila. Bikin roadmapnya via Undang-undang Perekonomian Nasional yang bermadzab kesentosaan dan kepentingan nasional. Tetapi, ekonomi apa yang riil di republik kita hari ini? Ekonomi kolonial.
Praktik ekonomi apa yang merealitas di negeri ini? Praktik perekonomian para kolaborator, begundal dan rentenir. Dua hal inilah yang menenggelamkan mimpi dan harap presiden kita.
Padahal, usaha memerangi dua hal itu terus dikerjakan. Di banyak tempat, walau oleh segelintir orang. Dan, salah seorang yang jarang itu adalah Mubyarto. Menurutnya, di samping berbagai tantangan yang bersifat teknis dan politis bagi perekonomian Indonesia, maka yang tidak kurang pentingnya adalah tantangan ideologis.
Mubyarto adalah pemikir legenda di Kampus UGM, baik sosok maupun pemikirannya. Sayang tak banyak muridnya. Tak terbentuk komunitas epistemiknya. Ia lokomotif tanpa gerbong-gerbong panjang bergelombang. Ia elang yang mengangkasa.
Ia dikukuhkan menjadi guru besar di Fakultas Ekonomi UGM pada usia yang sangat muda. Hingga akhir hayatnya, 24 Mei 2005, ia menulis puluhan buku dan ratusan karya tulis. Tak akan ada yang membantah bahwa hingga hari ini Mubyarto bisa disebut sebagai guru besar ekonomi paling produktif di Indonesia.
Ya. Bersama dengan sejumlah karibnya, seperti Hidayat Nataatmadja, M. Dawam Rahardjo dan Sri-Edi Swasono, sejak 1980an ia mensistimkan gagasan Ekonomi Pancasila, yang kemudian menjadi polemik akbar sepanjang tahun 1980an.
Ratusan sarjana dan sejumlah Indonesianis terlibat dalam polemik tersebut, yang bisa disebut sebagai polemik paling serius dan paling panjang yang pernah terjadi di lingkungan ilmu sosial (di) Indonesia. Satu pernarasian hebat dan berbobot tentu saja. Satu peristiwa yang sulit diulang di jagad akademis.

- Penulis: Dumairy dan Tarli Nugroho
- Jumlah halaman: 230hlm + iv
- Ukuran: 15x23cm
- ISBN: 978-979-420-838-0
- Penerbit: UGM Press
- Harga: Rp 90.000
Bagaimana sebenarnya pemikiran Mubyarto? Kenapa ia tak menghasilkan banyak pengikut di lingkungan almamaternya? Apa saja kendala yang telah membuat gagasan Mubyarto sulit berkembang? Salah satu jawabannya adalah karena amok neoliberalisme yang digerakkan dari luar tapi disemai di istana negara sehingga jadi tradisi ekonomi kita.
Lebih parah lagi, gagasan-gagasan besarnya tak jadi kurikulum, tak jadi mata kuliah wajib dan tak dilembagakan. Ekonom yang ada justru beramai-ramai mengubur bahkan menyelingkuhinya.
Padahal, ada orang mengaku alumni UGM yang jadi presiden Indonesia. Tapi ekonom yang bekerja di sekitarnya adalah para hamba pasar dan para budak penjudi.
Aduh. Kasihan sekali kita. Kasihan UGM. Kasihan republik ini. Kasihan ekonomi kita. Kasihan rakyat kebanyakan. Kasihan presiden Prabowo dan kabinetnya. Mengapa kasihan?
Karena akibat luasnya, ekonomi politik kita tinggal pengutilan, pernyolongan, perampokan, tipsani, utang dan gadai saja. Tak lebih. Tak kurang.