

Ada yang menarik dari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump. Presiden ‘Jenggo’ dari negara adi kuasa itu langsung menunjuk CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk menjadi Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS, pada Selasa, 12 November 2024. Tak hanya Elon Musk , Trump juga memberikan tugas yang sama dengan pengusaha Amerika Vivek Ramaswamy. Penugasan ini sangat strategis. Trump sudah membacanya bahwa nasib Amerika kedepan ada di ‘tangan dingin’ Elon Musk.
“Bersama-sama, kedua orang Amerika yang luar biasa ini akan membuka jalan bagi Pemerintahan saya untuk membongkar Birokrasi Pemerintah, memangkas peraturan yang berlebihan, memangkas pengeluaran yang sia-sia, dan merestrukturisasi Badan-Badan Federal yang penting bagi Gerakan ‘Save America’,” kata Trump dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Dalam pidatonya itu, Trump menekankan bahwa tujuan utama dari Departemen Efisiensi Pemerintah adalah menciptakan pemerintahan yang lebih kecil, lebih efisien, dan kurang birokratis.
Hubungan Trump dengan Elon Musk memang tidak diragukan lagi. Ketika Trump mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di AS, Elon Musk, segera mengucurkan donasi sebesar US$ 75 juta (setara Rp 1,16 triliun) untuk kelompok pendukung calon presiden (capres) Partai Republik. Hal ini menggarisbawahi betapa miliarder AS dan CEO Tesla itu berperan sangat penting dalam upaya memenangkan Trump di pemilihan presiden (pilpres) untuk merebut kembali kursi presiden kedua kalinya. Terbukti Donald Trump berhasil mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris rival beratnya dari Partai Demokrat.
Kedua pria Tangguh itu, dipertemukan dalam misi yang sama yaitu sama-sama memiliki ambisi besar ingin menguasai dunia. Trump yang nasionalis ‘keblinger’ itu ingin mengembalikan kejayaan Amerika Serikat menjadi negara super power tidak terkalahkan. Trump digambarkan sebagai sosok ‘Koboi’ garang bila ada negara yang mencoba main-main mengganggu wilayah kekuasaannya itu, dia langsung menembakkan pistolnya tanpa ampun.
Elon Musk ingin menguasai dunia. Dia berhasil dengan kelicikannya ‘memerkosa’ teknologi canggih untuk merealisasikan mimpi besarnya bagaimana menciptakan manusia unggulan di muka bumi. Seperti yang digarap Elon Musk saat ini salah satunya adalah menanamkan chip otak manusia. Ini, hanya sebagian kecil dari ambisi Trump dan Elon Musk yang terlihat dengan mata telanjang.
Kebangkrutan Ekonomi Amerika menjadi fakta, pemerintahan Trump di masa lalu telah menghadapi peningkatan utang nasional sebesar 8,2 triliun dollar AS atau hampir dua kali lipat lebih besar dari Presiden Joe Biden. Melemahnya mata uang si ‘Mata Satu’ itu, memicu adrenalin Trump dan Elon Musk untuk mengatur siasat bagaimana menciptakan satu kekuatan mata uang baru dalam ‘dunia maya’ maka diciptkan mata uang ‘seolah-olah’ yaitu mata uang dalam bentuk uang kripto. Keduanya sepakat menjadikan Amerika Serikat sebagai ibu kota mata uang kripto dunia yang mendapat dukungan penuh dari Yahudi.
Di mata Presiden AS ke-45 itu, Elon Musk memilki kekuatan besar yang sulit dijatuhkan oleh siapa pun. Sekalipun Elon Musk di cap sebagai ‘kutu loncat’ oleh lawan politik Trump karena pada pemilu sebelumnya mendukung penuh kandidat capres dari Partai Demokrat, tetapi tidak mengurangi kepercayan Trump terhadap Elon Musk atau nama lengkapnya Elon Revee Musk untuk mengajaknya bergabung di Pemerintahannya dengan memberikan tugas strategis tersebut.
Seperti diketahui tahun ini, Elon Musk berbalik arah mendukung Trump yang diyakini bakal memenangkan pertarungan pilpres 2024. Instuisi politik Elon Musk tidak meleset, Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat setelah sempat terhenti satu periode.
Dunia sedang menonton dan membaca skenario apa yang akan dimainkan oleh Trump dan Elon Musk. Kepercayaan penuh yang diberikann Trump kepada Elon Musk memberikan sinyal atau kode bahwa Elon Musk bisa diartikan sebagai presiden ‘bayangan’ Donald Trump. Jika dulu Luhut Binsar Panjaitan (LBP) disebut-sebut sebagai presiden ‘bayangan’ Jokowi atau ada dua ‘matahari kembar’ di Istana Negara, apakah akan terulang kembali seperti halnya Trump dan Elon Musk?. Kita lihat saja nanti!
Pertanyaannya adalah apakah Trump bersama Elon Musk sama-sama memiliki agenda yang sama yaitu Amerika Serikat memenangkan pertarungan Perang Dunia Ketiga dimana kandidat terkuatnya jatuh pada Rusia atau Tiongkok. Atau kedua antek Yahudi ini masing-masing memiliki agenda terselubung, siapa yang dikelabui dan siapa mengelabui.
Trump bukan tidak menyadari bahwa dirinya dikelabui Elon Musk karena jabatannya sebagai presiden dapat digunakan untuk memuluskan proyek-proyek raksasa melalui revolusi teknologi yang dibangun rekannya itu, atau sebaliknya Elon Musk juga menyadari bahwa dia dikelabui Trump karena memanfaatkan pemikiran gilanya itu sekaligus kekuatan finansial luar biasa yang dia miliki sehingga menguntungkan bagi Trump dapat membantu krisis keuangan negara Paman Sam yang lagi morat-marit.
Dalam politik tidak mengenal istilah sahabat sejati yang ada kekuasan sejati. Jika hal ini nyata maka dua konco ini yakni Trump dan Elon Musk, cepat atau lambat Amerika Serikat akan mengalami kehancuran dahsyat yang justru dilakukan oleh dua warga negaranya sendiri. Percayalah, hal itu! Karena tidak ada kejahatan yang sempurna di muka bumi ini!.