Kemeriahan Budaya Indonesia Menutup Musim Panas di Swiss

JELAJAH12 Views

*sumber : https:/youtube

AUTENTIKWOMAN.Com– Musim gugur hampir tiba di Eropa. Tidak terkecuali di Swiss. Namun kehangatan musim panas masih tersisa di Wintertur, Swiss. Bahkan, semakin terasa meriah,  ketika  Persekutuan Kristen Indonesia (PERKI) menggelar Colourful Indonesia di gedung serba guna kota itu, Sabtu, 20 September 2025.

Seperti ingin menutup musim panas dengan kehangatan Indonesia, sejak selepas siang, hingga senja mulai tiba, gedung serba guna itu menjelma menjadi little Indonesia.

Jurnalis senior Krisna Diantha (tiga dari kanan/Menetap di Swiss). Dok.Pribadi

Di atas panggung, menampilkan tarian Ratoh Jaroe dari Aceh,  kemudian lanjut  bumi Papua dengan tarian yang diiringi lagu  Yamko Rambe Yamko.  Ujung utara Nusantara,  memendar tarian Malluyah, dan Jawa tampil dengan wayang kulitnya.

Di beranda gedung itu, tersaji kuliner Indonesia. Dari cendol hingga bakso, dari nasi gudeg hingga rendang dan gulai tunjang. Kopi, baik tubruk maupun selera internasional, juga ada disana.

Menyajikan Little Indonesia di manca negara, bukan hal mudah. Namun, ditengah kesibukan khas Heidiland, semua kendala itu bisa diatasi.

“Kami menyiapkannya sejak Januari silam,“ kata Joice Siahaan, ketua panitia. Tanpa persiapan yang seksama, imbuh Joice, pihaknya akan keteteran.

PERKI, lembaga tempat Joice bergabung, terkenal mumpuni menyelenggarakan kegiatan kolosal cukup sempurna.

“Yang cukup sulit mungkin mengatur latihan para penampil. Swiss yang super sibuk, harus pintar bagi waktu kapan latihannya,“ujar Joice.

Colourful Indonesia dikunjungi 300 orang. Jumlah ini, untuk ukuran Swiss, sebuah perhelatan yang besar.  “Saya akui, mereka memang sudah pawai untuk kegiatan kolosal,“ ujar Linggawati Hakim, mantan Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein.

Joice bersama timnya, tidak hanya menampilkan seniman Indonesia yang menetap di Swiss. Tapi juga ada yang diimpor dari Belanda dan Prancis. Sebuah band bernuansa Batak, beberapa personilnya datang dari Amsterdam. Penjual kain batik, juga datang dari Paris. Penari Ratoh Jaroe didatangkan dari Alsace, Prancis.

Kebaya, yang kini sudah diakui Unesco sebagai warisan bukan benda, menggelar stand khusus. Kain indah warna warni dipajang disana.

“Selain itu, juga ada peragaan busana kebaya yang kami tampilkan,“ kata Christiana Streiff, Ketua Perempuan Berkebaya Eropa.

” Ulos dari Batak Toba, tersedia . Angklung, kali ini diwakili grup angklung Padasuka dari Zurich, tak kalah mempesonanya. Bali mewakilkan tari Oleg Tambulilingan,” pungkasnya.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *