AUTENTIKWOMAN.Com-Iwan Henry Wardhana dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Jakarta setelah dinas yang dipimpinnya disinyalir menyelewengkan uang daerah sampai Rp150 miliar Kebudayaan terkait anggaran tahun 2023.
“Kemungkinan pencopotan dalam jabatan Kepala Dinas Kebudayaan. Rencananya akan diisi oleh Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Pusat (Kasudinbud Jakpus) sebagai Pelaksana tugas (Plt.) Dinas kebudayaan per hari ini,” ujar Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta Budi Awaluddin seperti dikutip Antara, Kamis, 19 Desember 2024.
Pencopotan ini, kata dia, agar penyidikan yang masih dilakukan Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta dapat berlangsung dengan baik.
“Penggeledahan dilakukan di lantai 15, tepatnya di ruang Kepala Dinas, dan lantai 14 di ruang Kepala Bidang Pemanfaatan Kebudayaan,” bebernya.
Budi mengatakan, Pemprov DKI Jakarta telah menerima surat pemberitahuan dari Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta terkait dugaan penyimpangan aktivitas anggaran di Dinas Kebudayaan.
Kemudian, lanjut dia, Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta menginstruksikan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta untuk mendalami dan melakukan investigasi terhadap kegiatan anggaran Dinas Kebudayaan Tahun 2023.
Menurut Budi, dari hasil investigasi, terdapat beberapa dugaan terjadi kerugian daerah akibat ketidaksesuaian pada beberapa sampling kegiatan. Inspektorat Provinsi DKI Jakarta pun menghitung besaran kerugian daerah.
Dia memastikan Pemprov DKI Jakarta siap bekerja sama dengan Kejaksaan Tinggi DKI yang sedang menyelidiki dan mendalami permasalahan tersebut
Iwan Henry Wardhana yang ternyata diangkat menjadi Kepala Dinas Kebudayaan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 2020 silam.
Kepala Dinas Kebudayaan Jakarta, Iwan Henry Wardhana turut diperiksa aparat Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jakarta karena diduga terlibat korupsi.
Dinas yang dipimpinnya disinyalir menyelewengkan uang daerah sampai Rp 150 miliar dengan cara mencairkan dana dari kegiatan fiktif.
12 jam lebih aparat Kejati Jakarta menggeledah kantor Dinas Kebudayaan Jakarta di Jalan Gatot SUbroto, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan dan empat lokasi lainnya.
Petugas menyita ratusan stempel palsu yang diduga menjadi alat laporan pertanggungjawaban kegiatan fiktif.
Dilansir TribunJakarta, profil Iwan Henry Wardhana menyandang status aparatur sipil negara (ASN) yang sudah bekerja di Jakarta sejak 30 tahun silam.
Dia memiliki rekam jejak karir panjang, dari mulai staf kelurahan, hingga kini bisa menjabat kepala dinas.
Sebagai informasi, Dinas Kebudayaan pertama kali diadakan pada 2020 saat era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan.
Anies memecah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menjadi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Dinas Kebudayaan.
Anies pula yang mengangkat Iwan Henry Wardhana sebagai kepala dinas pertama Dinas Kebuyaan Jakarta tersebut.
Sejak dilantik pada Januari 2020 lalu, pria yang kini berusia 48 tahun itu tak tergantikan hingga kini.
Secara pendidikan, Iwan lulusan S1 jurusan Ekonomi Universitas Trisakti pada 1998.
Setelahnya dia mendapat gelar Master in Urban Development dari Universitas Indonesia pada 2004.
Dia juga mengambil jurusan Doctoral Programme School of Strategic and Global Studies di University of Indonesia pada tahun 2020 hingga sekarang.
“Saya lulusan sarjana ekonomi S1. Saya kemudian melanjutkan S2 di Urban Development Studies atau kajian pengembangan perkotaan yang lebih mengedepankan konsep sosiologis. Perjalanannya cukup banyak tapi latar belakang keilmuan saya gak di kebudayaan saja,” kata Iwan.
Iwan bercerita sejarah karirnya di Jakarta yang dimulai dari staf Kelurhaan Jati, Jakarta Timur tahun 1994. Ketika itu, dia baru berusia sekitar 18 tahun dan telah 1 tahun lulus dari Sekolah Menengah Atas.
“Tahun 94 saya melamar di Pemprov DKI itu sebagai Staff Tata Usaha di Kelurahan. Itu sedih banget, jadi kalau ditanya gimana ya dari Staff Tata Usaha dulu sampai sekarang baru jadi Kepala Dinas, nah itu baru bisa dicapai di usia 44 tahun ini,” ujar dia.
Pada usia 18 tahun, dia sudah mulai bekerja sebagai staff di kelurahan Jati. Ketika itu, ia juga menyambi waktunya dalam mencari uang sambil mengenyam pendidikan perkuliahan.
“Saya sempat magang di Jepang, itu di Tokyo pada 2007. Jadi saya bekerja dengan keras, belajar dengan keras juga.”
Bertahun-tahun bekerja sebagai Staff Tata Usaha, dia akhirnya memperoleh pekerjaan yang lebih baik di era tahun 2000an.
Iwan menjabat sebagai Kepala Penyusunan Program di Dinas Kebersihan DKI Jakarta sejak 2007 hingga 2012.
Suami Citra Wardhana itu juga sempat bekerja di Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri (KDH dan KLN) pada tahun 2015 silam.
“Dari situ barulah saya ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sebagai Kepala Bidang perpustaakaan, abis itu sempet jadi kasudin perpustakaan dan kearsipan selatan juga. Nah setelah 2017 saya jadi Kasudin Parbud Jakarta Timir sampai dengan akhir tahun kemarin. 8 Januari jadi Kepala Dinas,” bebernya.
26 tahun mengabdi untuk Pemprov DKI Jakarta, Iwan akhirnya bisa menduduki jabatan sebagai Kepala Dinas tahun ini.
Meskipun tak mudah, dia mengaku banyak sekali tantangan yang dilewati sepanjang dirinya berkarir di Pemprov Jakarta.
Apalagi, dia juga harus bekerja sejak dirinya masih kuliah. Punya keinginan kuat, ia pun mengaku tak percaya pada keberuntungan.
Menurut Iwan, segalanya bisa dicapai jika ia memiliki tekat kuat serta usaha yang total.
Iwan pun mengaku sempat mengalami kenaikan pangkat istimewa sebanyak empat kali sejak dirinya menjadi pegawai Pemprov DKI Jakarta.
” Saat saya tahu saya diterima di Pemprov DKI, artinya saya akan kuliah dan bekerja. Saya pikir saya akan hidup sebagai PNS. Saya tahu saya akan mengabdikan hidup saya di Pemprov, yaudah saya bekerja baik disitu karena ini akan jadi pengabdian yang luar biasa,” cerita Iwan.
“Dari SMA saya sudah cari kerja dari bawah sekali, hidupnya juga lumayan prihatin. Gak pernah nyerah, prinsip hidup saya gak pernah percaya kebetulan atau keberuntungan saya gak percaya itu. Kalai dimudahkan oke, tapi kalau keberuntungan saya rasa engga karena saya melakukan itu dengan usaha,” ujar dia.
“Saya mengalami empat kali kenaikan pangkat istimewa jadi saya pikir kalau saya gak ikut seleksi kemarin ya pangkat saya mentok. Jadi saya ikut seleksi itu alhamdulillah dapat mandat itu,” pungkasnya.